Rabu, 03 Februari 2010

Visi Bangsa Memasuki Abad ke 21

Visi Bangsa Memasuki Abad ke 21

Dr. Onno W. Purbo

Abstrak

Tulisan ini mengupas visi, strategi maupun beberapa usaha taktis, praktis yang terjadi di lapangan untuk mencapai visi bangsa dalam memasuki abad ke 21. Akumulasi visi yang sederhana,

“melihat terbentuknya knowledge based society
di Indonesia”


pada akhirnya mendorong banyak gerakan di tanah air khususnya dalam dunia informasi, komputer & telekomunikasi untuk menggunakan segala kapasitas yang ada untuk mencapai visi di atas.

Terus terang harus di akui penulis bahwa sosok Jonathan Parapak (yang akrab di panggil Pak Parapak) sangat berpengaruh dalam pembentukan visi tersebut, maupun kepada pribadi penulis yang harus diakui pula di kemudian hari menjadi sangat terobsesi oleh visi yang dicanangkan.

Tentunya evaluasi kondisi dan karakteristik komunitas / rakyat yang telah berada di dunia informasi akan menjadi menarik untuk melihat keberhasilan pencapaian visi. Evaluasi terhadap komunitas maya Indonesia di Internet akan di bahas.


Sekelumit Perjalanan Sejarah Sebuah Visi

Masih terkenang di ingatan penulis, sekitar tahun 1997-an pada beberapa kesempatan rapat dan pertemuan di Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (DEPPARPOSTEL) di pimpin langsung oleh Pak Parapak yang saat itu bertugas sebagai Sekretaris Jendral (SEKJEN) mulai mengkonsolidasikan kekuatan yang ada dalam dunia telekomunikasi, komputer & informasi untuk menyatukan kekuatan yang ada untuk kepentingan bangsa Indonesia khususnya dengan semakin berkembangnya teknologi informasi.

Pada saat itu (di tahun 1997-an), Internet sedang gencar-gencarnya naik daun apalagi dengan di dorong oleh Al Gore (wakil presiden Amerika Serikat) yang mencanangkan untuk membangun Global Information Infrastructure (GII) dengan di topang oleh National Information Infrastructure (NII) di masing-masing negara. Di Indonesia, gerakan yang di ayomi antara lain oleh Pak Parapak terjadi proses penyatuan visi mulai menampakan wujudnya dan lebih mengakar ke praktisi di lapangan.

Memang harus di akui bahwa ada beberapa gerakan lain yang sifatnya lebih struktural berbasiskan / berlandaskan Keputusan Presiden (KEPPRES) seperti Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), maupun BAPPENAS yang berhasil menelurkan utangan Bank Dunia untuk proyek Information Infrastructure Development Project (IIDP) yang jumlah utangnya mencapai ratusan milyard, akan tetapi penulis rasa masih kurang terlalu mengakar pada masyarakat banyak dan kurang terasa dampaknya bagi bangsa ini sampai hari ini.

Gerakan arus bawah ini ternyata cukup di ayomi oleh Pak Parapak yang pada saat itu memimpin Yayasan Litbang Telematika Indonesia (YLTI) dengan direktur eksekutifnya Pak Agus Paryadi. Dengan dana yang sangat terbatas di akhir tahun 1997 hingga awal tahun 1998 (tepatnya bulan Mei 1998), kami berhasilkan menelurkan beberapa konsep taktis implementasi visi pembangunan infrastrktur informasi nasional dalam naungan konsep Nusantara 21. Kerangka konseptual konsep Nusantara 21 yang menjadi landasan visi Nusantara 21 di tulis oleh Bobby Nazief, Krishnahadi Pribadi, Gadang Ramantoko dan penulis sendiri. Semua naskah Nusantara 21 dapat di peroleh dalam bentuk softcopy & di sebarkan secara gratis melalui Internet maupun CDROM untuk menyebarkan kerangka dasar & landasan berpijak gerakan pembangunan National Information Infrastructure (NII).

Visi Nusantara 21 (Mei 1998) tertuang sebagai berikut:

"Menyediakan wahana berbasis teknologi telekomunikasi dan informatika nasional di dalam proses transformasi bangsa Indonesia dari masyarakat tradisional (traditional society) menjadi sebuah masyarakat yang berwawasan IPTEK dan berbasis pengetahuan (knowledge based society)."

Salah satu strategi kunci yang di canangkan dalam kerangka konseptual Nusantara 21 adalah posisi pemerintah yang hanya sebagai fasilitator & berharap semua gerakan yang ada tidak perlu meminjam uang dari Bank Dunia, IMF maupun ADB. Proses pemberdayaan dan pemandaian bangsa menjadi sangat penting dan strategis bagi kelangsungan semua proses yang tertuang dalam konsep Nusantara 21.

Sayang sekali, penulis melihat banyak sekali kepentingan sesaat dari oknum pemerintahan dan swasta yang akhirnya mendorong terbentuknya proyek-proyek berkedokan NII & telematika, sialnya sebagian diambil dari utang negara yang lumayan besar, yang tidak terasa manfaat langsungnya bagi rakyat banyak. Sesuatu yang tidak terlihat pada sosok Jonathan Parapak.

Melihat ini semua & kepentingan bangsa yang lebih besar, pada bulan Februari 2000, akhirnya penulis memutusan untuk pensiun muda dari PNS, dari dosen ITB, tidak bekerja dimana-mana hanya mendedikasikan dirinya untuk memberikan ilmu yang dimilikinya kepada bangsa Indonesia melalui tulisan agar proses transformasi yang dicita-citakan dapat tercapai untuk:

“melihat terbentuknya knowledge based society di Indonesia”

sebuah visi yang lebih sederhana daripada Nusantara 21. Proses pemandaian rakyat dilakuan secara sederhana, melalui buku & artikel di media cetak, pada hari ini tidak kurang dari 20 judul buku sekitar Internet telah di terbitkan kebanyakan oleh Elexmedia Komputindo, dan ribuan tulisan di media cetak. Dampak nyata yang terlihat kasat mata adalah terbentuknya 2000+ warung internet dan perkembangan jumlah pengguna Internet di Indonesia yang mencapai empat (4) juta pengguna di awal tahun 2001 yang praktis swadaya masyarakat tanpa utangan Bank Dunia, IMF maupun ADB.


Sekelumit Nusantara 21

Secara sederhana Visi Nusantara 21 dalam tulisan "Menyediakan wahana berbasis teknologi telekomunikasi dan informatika nasional di dalam proses transformasi bangsa Indonesia dari masyarakat tradisional (traditional society) menjadi sebuah masyarakat yang berwawasan IPTEK dan berbasis pengetahuan (knowledge based society)." dapat di gambarkan seperti gambar terlampir.
Sebagai kerangka kerja Nusantara 21 dapat digambarkan sebagai sebuah kendaraan

Sebagai wahana transformasi masyarakat menjadi masyarakat berbasis pengetahuan, Nusantara-21 dapat dilihat sebagai suatu kerangka kerja (frame-work) yang dinamis sifatnya. Untuk memahami sosok Nusantara-21 sebagai kerangka kerja transformasi ini, kami mencoba menggunakan metafora "kendaraan" seperti terlihat pada gambar di atas. Dalam metafora ini, lingkungan Nusantara-21 terdiri dari kendaraan (aplikasi yang berbasis pengetahuan), roda (jaringan informasi), jalan (infrastruktur komunikasi beserta regulasinya), rambu-rambu (perangkat hukum), tenaga pendorong (sumber daya telekomunikasi & informatika), tenaga penarik (peluang/kebutuhan masa depan).

Dengan menggunakan metafora ini, proses transformasi masyarakat terlihat sebagai suatu proses yang dinamis dengan menggunakan kendaraan yang bergerak mencapai tujuannya melalui jalan yang dilengkapi rambu-rambu lalu lintas untuk menjamin arah gerakan yang dikehendaki. Lebih lanjut, kendaraan tersebut digerakkan oleh tenaga penggerak baik yang berupa tenaga pendorong maupun yang berupa tenaga penarik.

Untuk lebih jelasnya, masing-masing komponen dari Nusantara-21 yang disebutkan di atas akan kami jabarkan lebih lanjut pada uraian berikut:

• Infrastruktur Komunikasi beserta Regulasinya, komponen ini digambarkan sebagai jalan raya yang lebar yang merepresentasikan segala bentuk media komunikasi yang memungkinkan pertukaran informasi dijital di antara dua atau lebih pihak. Keterpaduan infrastruktur komunikasi dengan regulasinya merupakan aspek penting untuk menjamin keefektifan penggunaan segala bentuk media komunikasi dalam konteks Nusantara-21.

• Jaringan Informasi, komponen ini digambarkan dalam bentuk roda-roda kendaraan yang merepresentasikan segala bentuk infrastruktur informasi yang memungkinkan pemanfaatan infrastruktur komunikasi oleh aplikasi secara efisien dan efektif. Banyaknya roda merepresentasikan berbagai macam jalur akses ke infrastruktur komunikasi yang tersedia.

• Basis Data Pengetahuan, komponen ini digambarkan sebagai lapisan di atas roda-roda kendaraan yang merepresentasikan segala bentuk informasi yang telah dibangun secara sistematis dengan menggunakan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan aplikasinya dan memenuhi standar mutu tertentu. Di samping itu, basis data pengetahuan ini menuntut pengelolaan yang seksama sehingga keabsahan kandungan datanya dapat dijamin. Basis data pengetahuan ini memegang posisi kunci dalam konteks Nusantara-21 karena ia akan menentukan nilai tambah setiap aplikasi yang akan dikembangkan nantinya.

• Aplikasi, komponen ini digambarkan sebagai lapisan yang berada di atas lapisan basis data pengetahuan. Keduanya, aplikasi dan basis data pengetahuan, membentuk bagian utama dari kendaraan yang akan membawa muatannya (masyarakat tradisional) ke tempat tujuannya (masyarakat berbasis pengetahuan). Keberadaannya yang di atas lapisan basis data pengetahuan merepresentasikan kebergantungannya pada pengetahuan, yang merupakan kunci persaingan global di masa depan.

• Sumber Daya Telematika, komponen ini digambarkan sebagai tenaga pendorong kendaraan yang merepresentasikan segala bentuk sumber daya yang diperlukan untuk mengimplementasikan program-program Nusantara-21. Sumber daya ini mencakup sumber daya teknologi telekomunikasi dan informatika beserta sumber daya manusianya.

• Kebutuhan/Peluang, komponen ini digambarkan sebagai tenaga penarik kendaraan yang merepersentasikan segala bentuk kebutuhan masa depan atau peluang baru yang timbul pada era ekonomi digital di masa depan.

• Perangkat Hukum, adalah segala macam bentuk hukum yang diperlukan untuk menjamin keberhasilan pengimplementasian Nusantara-21 sesuai dengan kebutuhan masyarakat nantinya.

Beberapa strategi umum yang di usulkan untuk Pengembangan Program-program Nusantara-21 diuraikan pada butir-butir berikut:

• Melibatkan lebih banyak peran aktor / pemain swasta / masyarakat sendiri dalam proses pembangunannya.

• Pemerintah lebih banyak bertindak sebagai lembaga yang mengatur lingkungan yang kondusif dan fleksibel untuk pembangunan tersebut.

• Mempromosikan mekanisme persaingan bebas.

• Menjamin keterbukaan akses yang universal bagi seluruh lapisan masyarakat.

Dalam kalimat sederhana Nusantara-21 tidak di arahkan menjadi sebuah proyek besar / mercusuar pemerintah akan tetapi menjadi gerakan masyarakat, oleh masyarakat, dengan dana masyarakat, yang di arahkan & diberikan insentif melalui kebijakan & regulasi pemerintah.

Keberhasilan pencapaian visi ini sangat tergantung pada peran swasta dan masyarakat membangun sendiri infrastruktur yang dibutuhkan. Kemampuan tersebut hanya mungkin di peroleh jika swasta dan masyarakat terdidik dan berpengetahuan tentang pembangunan infrastruktur dan pemanfaatannya untuk kepentingan mereka.


Strategi Sederhana & Praktis Yang Akan Workable di Lapangan

Secara sederhana, akan ada dua (2) hal yang akan sangat strategis dalam pencapaian visi, yaitu:

• Kemampuan akses ke dunia Internet, dunia informasi & pengetahuan.
• Tingkat kepandaian bangsa Indonesia, agar dapat membangun sendiri infrastruktur yang dibutuhkan maupun memanfaatkannya secara maksimal.

Keduanya saling terkait sangat erat. Dalam tulisan ini, fokus akan di berikan kepada strategi sederhana untuk meningkatkan kemampuan akses bangsa ini ke dunia informasi & pengetahuan. Tentunya sebagai guru, penulis mempunyai strategi sendiri dalam meningkatkan kepandaian bangsa Indonesia, yaitu, menganut aliran copyleft & copywrong dan melepas semua tulisan yang ada secara gratis melalui Internet & CDROM selain berinteraksi secara intensif melalui berbagai mailing list di Internet untuk meningkatkan kepandaian bangsa Indonesia khususnya di bidang telematika.

Dari sisi akses ke jaringan, pernahkah membayangkan 20 juta (10%) bangsa Indonesia di Internet 2-3 tahun mendatang? Memang perkembangan pengguna Internet di Indonesia terjadi secara eksponensial seperti grafik di samping yang diperoleh dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Barangkali mirip sebuah khayalan membayangkan 10% - 20 juta bangsa Indonesia di Internet dalam waktu 2-3 tahun mendatang. Sebuah percepatan yang luar biasa, mungkin bukan sebuah angka yang dengan mudah dicapai - paling tidak jika mencapai setengah dari target yang diharapkan maka bukan mustahil kehidupan dunia cyber di Indonesia akan semakin menarik.

Untuk memperoleh jumlah massa yang besar maka secara logika sederhana fokus harus diberikan untuk memprioritaskan konsentrasi massa yang cukup besar untuk dapat di kaitkan secara mudah ke Internet. Pusat massa dunia informasi & pengetahuan yang terkait ke Internet secara instink tidak sulit untuk di identifikasi; mereka umumnya berada di:

• Pusat usaha / perdagangan / perkantoran - biasanya sudah teridentifikasi dengan adanya wartel-wartel di sekitar-nya.
• Lembaga Pendidikan.

Mengapa pusat massa ini yang kita pilih? Secara naruliah, segala sesuatu yang di pakai bersama seperti wartel & warnet akan memungkinkan akses dengan biaya murah bagi banyak orang tanpa perlu orang tersebut melakukan investasi yang cukup mahal perupa peralatan telepon, fax, komputer dll dan membayar abodemen. Bahkan bukan mustahil sebetulnya jika konsep sharing resources reducing cost ini di sosialisasikan sebetulnya biaya yang dibutuhkan untuk mengakses dunia informasi baik itu internet maupun telepon lokal, SLJJ & SLI sebetulnya hanya membutuhkan biaya Rp. 20-40.000 / bulan / orang untuk melakukan komunikasi sepuas-puasnya selama 24 jam / hari tanpa henti. Teknologi Internet sebetulnya sebuah teknologi sosialis & gotong royong yang pada akhirnya memungkinkan akses yang murah bagi banyak orang secara swadana & swadaya tanpa perlu berhutang kepada Bank Dunia, IMF, ADB sehingga tidak perlu menyusahkan anak cucu dikemudian hari.

Bagaimana mungkin 20 juta orang Indonesia terkait ke Internet? Mari kita lihat beberapa pusat massa yang saya pikir akan sangat potensial. Jika kita lihat kondisi hari ini maka jumlah wartel ada 150.000 wartel dengan potensial anggota Internet melalui wartel 3-6 juta orang; warnet 2000+ & berkembang sangat pesat dengan potensial jumlah anggota 400.000-800.000 orang; lembaga pendidikan tinggi 1300 buah dengan potensial pengguna 3-5 juta orang bahkan mungkin lebih; sekolah menengah kejuruan (SMK) 4000 sekolah dengan potensi jumlah pengguna 3-4 juta orang dan sekolah menengah umum (SMU) sekitar 10.000 buah dengan potensi jumlah pengguna 5-7 juta orang. Belum terhitung Pesantren, Mandrasah, SMP dan SD. Jika kita jumlahkan massa yang berada di pusat konsentrasi massa ini maka angka 20 juta orang bukanlah angka yang mustahil.

Berapa biaya yang mereka butuhkan untuk mengkaitkan diri ke Internet? Saya coba ambil beberapa contoh - di Universitas Parahyangan (UNPAR) Bandung perkiraan biaya per mahasiswa adalah Rp. 5000 / bulan / mahasiswa (bukan jam). SMKN 6 Jogyakarta memberlakukan Rp. 5000 / siswa / bulan untuk akses ke Internet. Di SMKN 1 Ciamis bahkan lebih ekstrim yaitu Rp. 1000 / bulan / siswa untuk e-mail. Teknik untuk menghemat biaya ini di jelaskan dalam buku “Teknologi Warung Internet” dan “Linux untuk Warung Internet” yang saya tulis & dapat di peroleh di banyak toko buku, bahkan sudah di bajak pula.

Jadi perhitungan kasar Rp. 20-40.000 / bulan / orang adalah angka yang sangat feasible untuk akses Internet. Proses pengintegrasian sepuluh persen (10%) bangsa Indonesia dalam waktu 2-3 tahun lagi bukanlah sesuatu yang mustahil, gilanya semua dapat dilakukan tanpa menggunakan utangan Bank Dunia, IMF atau ADB. Investasi dilakukan sendiri oleh rakyat, bermodalkan ilmu yang dimiliki dan keyakinan akan bisnis proses yang sustainable. Proses pemandaian rakyat menjadi kunci utamanya.

Konsekuensi sebuah proses pemandaian rakyat adalah aktifitas penulisan artikel, penulisan buku, seminar, workshop tentang teknologi informasi harus di giatkan. Kita cukup beruntung dengan adanya pembebasan ijin terbit media cetak yang sangat mendorong tersedianya banyak media bagi rakyat. Dalam dunia komputer / telematika kita mengenal banyak sekali majalah mulai dari infokomputer, mikrodata, neotek, pcplus, aha, telset belum berbagai rubrik teknologi informasi di koran-koran semuanya sangat membantu sekali proses edukasi bangsa khususnya dalam bidang telematika, yang pada akhirnya terjadi proses pembangunan bottom-up sustainable community based development di bidang telematika tanpa perlu utangan Bank Dunia, IMF maupun ADB sama sekali.